Indonesia.....?apa yang terjadi
di negara ini, mengurus hal yang sepele saja tidak becus, hanya memperbaiki
jembatan yang putus butuh waktu yang lama perlu pertimbangan ini itu, memikirkan
biaya, coba kalau masalah renovasi gedung DPR, lahan parkir, sampai urusan
tempat buang hajat yang bernama toilet menelan biaya hingga miliaran, tak perlu
bermusyawarah untuk menghasilkan putusan, hanya segelintir orang proyek terebut
mendapat persetujuan, kalau begitu hakikat bermusyawarah ada dalam kamus DPR
yang menyatakan suara sah apabila disetujui 2/3 dari forum yang ada.
Indonesia...penduduknya banyak
yang mementingkan isi perut
masing-masing, terlebih pejabat pemerintah sebagai yang berkepentingan dalam
mengurusi masyaraktnya hanya diam, respon
yang terkesan lamban dalam memperbaiki jembatan yang rusak. Jika urusan
hal-hal yang bisa memperkaya diri cepatnya bukan baik...sadar pak/buk, dalam
kubur tidak bawa harta, atau buat warisan anak cucu untuk tujuh turunan, kalau
uang yang didapat halal tidak masalah yang menjadi masalah jika uang yang
didapat uang haram, ingat pertanggung jawaban dihadapan tuhan lebih berat
ketimbang di pengadilan.
Indonesia...sebagian warga negaranya seperti
seniman dan pahat, kalau pahat tidak dipukul hasil karya tidak ada, atau yang
ekstrim lagi boleh dibilang seperti domba dan pengembala, kalau tidak ada yang
mengatur, kalau tidak ada yang memulai, diam-diam saja. Contohnya saja masalah
jembatan rusak yang ada di Lebak-Banten kalau tidak dipublikasikan lewat media
tidak akan ada respon dari aparat terkait atau respon nya lamban, tunggu dipublikasikan
dulu baru ditindak lanjuti, sampai-sampai media internasional ikut-ikutan
mempublikasikan, apa tidak malu?aib sampai diketahui oleh dunia luar. Pemerintah
terkesan bekerja setelah ada pemberitaan
atau publikasi dari media, contoh lain kasus sandal jepit, sempat
menjadi hot news di media massa, baru bermunculan pahlawan-pahlawan kesiangan.
Sungguh aneh negeri ini, negeri
yang ku cinta sekaligus ku “benci”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar