©pesonascience.blogspot.com. Diberdayakan oleh Blogger.

Sabtu, 04 Juni 2016

HAL UNIK DALAM SHALAT BERJAMAAH

Ada yang menarik saat pelaksanaan shalat berjamaah, terutama pada shalat Jum’at. Kenapa?karena shalat Jum’at hukumnya wajib bagi lak-laki sehingga jumlah jamaah yang hadir lebih banyak ketimbang shalat berjamaah lainnya dan dikarenakan jumlah jamaah yang ramai sehingga panitia shalat Jumat maupun imam yang memimpin shalat Jumat memberitahukan atau mengingatkan jamaah untuk tertib dan memperhatikan tata cara shalat berjamaah. Pada awalnya  tampak seperti biasa ketika Azan dikumandangkan, kemudian khatib memberikan ceramah kepada jamaah shalat Jum’at yang membuat menarik perhatian adalah ketika shalat Jum’at dimulai. Oleh Imam shalat Jum’at para jamaah diminta untuk meluruskan dan merapatkan shaf, memperhatikan shaf-shaf yang kosong untuk segera di isi. 

Kejadian yang menjadi perhatian adalah ketika shaf ada yang kosong kebanyakan jamaah yang berada dibelakangnya enggan untuk mengisi shaf yang kosong tersebut dan malah mempersilahkan jamaah yang berada di samping kanan atau samping kirinya untuk mengisi shaf tersebut. Apa yang terjadi? Kenapa jamaah tersebut enggan untuk mengisi shaf yang kosong tersebut dan malah mempersilahkan jamaah lainnya.
Saya memang tidak begitu mengetahui sampai ke hadis-hadisnya mengenai shaf ini, namun sepanjang sepengetahuan saya mengenai shalat berjamaah adalah wajib bagi jamaah untuk meluruskan dan mengisi shaf yang kosong, diwajibkan bagi jamaah untuk mengisi terlebih dahulu shaf yang pertama kemudian menyusul shaf yang kedua dan selanjutnya sampai semua shaf terpenuhi.

Saya menilai jamaah yang malah mempersilahkan jamaah lain untuk mengisi shaf yang kosong tersebut tidak mempunyai kesadaran diri dan mungkin bisa dibilang belum mengetahui banyak soal tata cara shalat berjamaah, memangnya ada larangan atau dosa kalau meninggalkan shaf yang kosong setelah ia meninggalkan shafnya dan mengisi shaf kosong yang berada di depannya? Malah terkadang yang membuat kesal, lucu karena kelakuan mereka ada jamaah yang dipersilahkan untuk mengisi shaf tersebut juga balik mempersilahkan jamaah yang memepersilahkan pertama sehingga kesannya tolak-menolak seperti magnet yang beradu kutub yang sama karena tak kunjung terisi akibat kedua jamaah saling tolak menolak jamaah lain segera mengisinya.

Entah dari mana kebiasaan ini muncul menyuruh mengisi shaf yang kosong padahal ia tepat berada dibelakangnya padahal pelaksanaan shalat berjamaah mempunyai tata cara. Bukan kali ini saja saya melihatnya mungkin semenjak saya mengikuti shalat Jumat berjamaah tanpa disadari kejadian ini selalu ada. Dalam hati saya bertanya-tanya bagaimana cara menyadarkan jamaah seperti ini. Mungkin dari saya agar ceramah mengenai tata cara shalat berjamaah ini dibuat sesering mungkin sekaligus mengingatkan serta dimasukkan kedalam tema khotbah Jumat dan dalam ceramah tersebut bisa ditambah dengan kata-kata sindiran untuk jamaah-jamaah yang menyuruh mengisi shaf yang kosong.

Semoga mereka yang seperti ini pada sadar. Amiiiiiiiinnn.

Senin, 02 Mei 2016

Arti Dari Jenjang Pendidikan

Pentingkah Pendidikan?

Pertanyaan ini dilontarkan oleh saudara saya, apa arti sebuah pendidikan dan tingkat pendidikan dalam kehidupan?dalam pekerjaan?dalam kehidupan sehari-hari? Ya, begitulah kira-kira pertanyaan  yang dilontarkan oleh saudara saya tersebut. Pertanyaan tersebut muncul dikarenakan kekecewaannya pada bangku pendidikan yang Ia dapatkan saat ini, kurikulum yang digunakan sekolahnya kalau tidak salah kurikulum 2013 (K-13).

Apa itu kurikulum 2013 (K-13)? dikutip dari wikipedia kurikulum 2013 masuk dalam masa percobaannya pada tahun 2013 dengan menjadikan beberapa sekolah menjadi sekolah rintisan kurikulum 2013 ini menggantikan kurikulum 2006. Kurikulum 2013 ini memiliki empat aspek penilaian yaitu pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku, dimana ada materi yang dirampingkan seperti Bahasa Indonesia, IPS, PPKn, dsb dan ada materi yang ditambahkan yaitu salah satunya matematika dengan penyesuaian dengan materi pembalajaran internasional dengan harapan bisa seimbang antara pendidikan dalam negeri dengan luar negeri.

Dikutip dari website guru.or.id mengenai kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap dalam menghadapi masa depan sehingga kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan. Intinya lebih kepada mendorong siswa mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan apa yang mereka peroleh atau yang diketahui oleh siswa setelah menerima materi pembelajaran.

Dari penjelasan-penjelasan tersebut saya berkesimpulan kurikulum 2013 ini hampir mendekati sistem pembalajaran di perkuliahan dimana mahasiswa yang lebih aktif dalam pembalajaran baik itu cara berpikir, ide, presentasi, analisa, dan lain sebagainya yang diberikan oleh dosen, peran dosen ibaratnya seperti membimbing ke jalan yang benar ilmu pengetahuan yang sedang dipelajari.

Nah, kembali ke kurikulum 2013 (K-13) untuk mendukung kurikulum 2013 ini diperlukan profesionalitas seorang guru, disinilah baru timbul masalah yang dihadapi oleh saudara saya tersebut. guru seringkali lepas tangan dalam proses pembelajaran tersebut, adanya pembiaran proses belajar yang tidak terkontrol, ketika seorang murid ingin bertanya dan ingin berdiskusi dengan guru mengenai gagasan, observasi materi pembelajaran yang didapat, lebih banyak ketidaktahuan atau penguasaan guru terhadap materi yang diberikan. Tak jarang saudara saya menganggap lebih pintar murid ketimbang guru. Kurikulum 2013 bisa terwujud dengan diiringi profesionalitas dan tanggung jawab yang baik oleh seorang guru.

Dari sinilah saudara saya menganggap seberapa penting pendidikan dan tingkat pendidikan yang didapat oleh seseorang dalam pekerjaan? dalam kehidupan? toh, walaupun pendidikan seseorang tinggi tetapi tidak diimbangi dengan kualitas manusianya sama saja tidak ada apa-apanya. Lebih baik lulusan SMA tapi mempunyai skill ketimbang lulusan S1 tetapi tidak mempunyai skill ya begitulah kira-kira curhatan saudara saya berhubung ybs akan menamatkan pendidikan SMK nya.

Dari curhatannya tersebut saya coba memberi masukan, memang kualitas manusia menentukan keberhasilan, tapi alangkah lebih baik lagi tamatan S1 memiliki keahlian yang baik daripada tamatan SMA yang juga sama-sama memiliki keahlian yang baik pula. Saya mengibaratkan jenjang pendidikan adalah sebuah kapal semakin tinggi jenjang pendidikan semakin besar kapal yang akan kita naiki, dan lautan adalah kehidupan (Pekerjaan, status sosial, Kekayaan, Kekuasaan, dan sebagainya) tinggal bagaimana kualitas manusia yang mempunyai pendidikan tinggi apakah berkualitas atau tidak yang menjadi bagian dari kapal.

Jika kapal yang dinaiki besar tetapi di dalamnya sungguh kacau, seperti sarana dan prasarana tidak memadai maka penumpang tidak nyaman, nahkoda yang tidak menguasai pekerjaan maka penumpang tidak nyaman, pelayanan tidak maksimal maka penumpang tidak akan nyaman, teknologi yang konvensinoal apakah penumpang bisa nyaman dengan hal tersebut lalu bagaimana kapal besar tersebut dengan kondisi yang demikian mengarungi lautan luas apakah akan bertahan dengan ganasnya lautan luas? Sebaliknya sebuah kapal besar dengan teknologi serba canggih dan modern, nahkoda dan awak kapal yang terampil semua sarana dan prasarana memadai, kualitas material yang baik dalam membuat kapal tersebut, dengan kondisi seperti ini membuat kapal besar ini percaya diri untuk mengarungi lautan dan menerjang ganasnya lautan luas.

Semoga pendidikan yang kita dapat bermanfaat bagi diri kita dan orang banyak. Amin

Salam Pentingkah Pendidikan?

Pertanyaan ini dilontarkan oleh saudara saya, apa arti sebuah pendidikan dan tingkat pendidikan dalam kehidupan?dalam pekerjaan?dalam kehidupan sehari-hari? Ya, begitulah kira-kira pertanyaan  yang dilontarkan oleh saudara saya tersebut. Pertanyaan tersebut muncul dikarenakan kekecewaannya pada bangku pendidikan yang Ia dapatkan saat ini, kurikulum yang digunakan sekolahnya kalau tidak salah kurikulum 2013 (K-13).

Apa itu kurikulum 2013 (K-13)? dikutip dari wikipedia kurikulum 2013 masuk dalam masa percobaannya pada tahun 2013 dengan menjadikan beberapa sekolah menjadi sekolah rintisan kurikulum 2013 ini menggantikan kurikulum 2006. Kurikulum 2013 ini memiliki empat aspek penilaian yaitu pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku, dimana ada materi yang dirampingkan seperti Bahasa Indonesia, IPS, PPKn, dsb dan ada materi yang ditambahkan yaitu salah satunya matematika dengan penyesuaian dengan materi pembalajaran internasional dengan harapan bisa seimbang antara pendidikan dalam negeri dengan luar negeri.

Dikutip dari website guru.or.id mengenai kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap dalam menghadapi masa depan sehingga kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan. Intinya lebih kepada mendorong siswa mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan apa yang mereka peroleh atau yang diketahui oleh siswa setelah menerima materi pembelajaran.

Dari penjelasan-penjelasan tersebut saya berkesimpulan kurikulum 2013 ini hampir mendekati sistem pembalajaran di perkuliahan dimana mahasiswa yang lebih aktif dalam pembalajaran baik itu cara berpikir, ide, presentasi, analisa, dan lain sebagainya yang diberikan oleh dosen, peran dosen ibaratnya seperti membimbing ke jalan yang benar ilmu pengetahuan yang sedang dipelajari.

Nah, kembali ke kurikulum 2013 (K-13) untuk mendukung kurikulum 2013 ini diperlukan profesionalitas seorang guru, disinilah baru timbul masalah yang dihadapi oleh saudara saya tersebut. guru seringkali lepas tangan dalam proses pembelajaran tersebut, adanya pembiaran proses belajar yang tidak terkontrol, ketika seorang murid ingin bertanya dan ingin berdiskusi dengan guru mengenai gagasan, observasi materi pembelajaran yang didapat, lebih banyak ketidaktahuan atau penguasaan guru terhadap materi yang diberikan. Tak jarang saudara saya menganggap lebih pintar murid ketimbang guru. Kurikulum 2013 bisa terwujud dengan diiringi profesionalitas dan tanggung jawab yang baik oleh seorang guru.

Dari sinilah saudara saya menganggap seberapa penting pendidikan dan tingkat pendidikan yang didapat oleh seseorang dalam pekerjaan? dalam kehidupan? toh, walaupun pendidikan seseorang tinggi tetapi tidak diimbangi dengan kualitas manusianya sama saja tidak ada apa-apanya. Lebih baik lulusan SMA tapi mempunyai skill ketimbang lulusan S1 tetapi tidak mempunyai skill ya begitulah kira-kira curhatan saudara saya berhubung ybs akan menamatkan pendidikan SMK nya.

Dari curhatannya tersebut saya coba memberi masukan, memang kualitas manusia menentukan keberhasilan, tapi alangkah lebih baik lagi tamatan S1 memiliki keahlian yang baik daripada tamatan SMA yang juga sama-sama memiliki keahlian yang baik pula. Saya mengibaratkan jenjang pendidikan adalah sebuah kapal semakin tinggi jenjang pendidikan semakin besar kapal yang akan kita naiki, dan lautan adalah kehidupan (Pekerjaan, status sosial, Kekayaan, Kekuasaan, dan sebagainya) tinggal bagaimana kualitas manusia yang mempunyai pendidikan tinggi apakah berkualitas atau tidak yang menjadi bagian dari kapal.

Jika kapal yang dinaiki besar tetapi di dalamnya sungguh kacau, seperti sarana dan prasarana tidak memadai maka penumpang tidak nyaman, nahkoda yang tidak menguasai pekerjaan maka penumpang tidak nyaman, pelayanan tidak maksimal maka penumpang tidak akan nyaman, teknologi yang konvensinoal apakah penumpang bisa nyaman dengan hal tersebut lalu bagaimana kapal besar tersebut dengan kondisi yang demikian mengarungi lautan luas apakah akan bertahan dengan ganasnya lautan luas? Sebaliknya sebuah kapal besar dengan teknologi serba canggih dan modern, nahkoda dan awak kapal yang terampil semua sarana dan prasarana memadai, kualitas material yang baik dalam membuat kapal tersebut, dengan kondisi seperti ini membuat kapal besar ini percaya diri untuk mengarungi lautan dan menerjang ganasnya lautan luas.

Semoga pendidikan yang kita dapat bermanfaat bagi diri kita dan orang banyak. Amin

Salam sukses

 

Total Tayangan Halaman

About

Followers