Sebagai masyarakat Riau
tentunya merasa bangga, PON ke XVIII akhirnya dihelat di bumi Lancang Kuning. Tentunya
perlu perjuangan yang luar biasa dari semua pihak terutama dari pemerintahan
provinsi riau untuk bisa mengupayakan even bergengsi nasional yang diadakan
tiap 4 tahunan itu digelar di Provinsi Riau.
Sebelum perhelatan
dilaksanakan, persiapan jauh-jauh hari telah direncanakan secara matang mulai
dari pembangunan venue-venue berbagai cabang olahraga di kota dan kabupaten
yang ada diprovinsi Riau, hingga infrastruktur penunjang lainnya. Persiapan tak
hanya dilakukan oleh pemerintah provinsi, kabupaten atau kota saja, pihak BUMN
maupun swasta juga ikut berpartisipasi dalam mensukseskan even 4 tahunan
tersebut.
Pembenahan mulai
dilakukan dengan pembangunan serta perbaikan gedung maupun infrastruktur
penunjang pelaksanaan PON. Sebagai tuan rumah Riau tentu ingin berupaya yang
terbaik dan tentunya ingin dianggap luar biasa dalam menyambut tamu-tamunya
dalam perhelatan tersebut. Lihat saja dengan anggaran yang luar biasa venue pon
maupaun sarana dan prasarana lainnya berdiri dengan megahnya.
Namun dibalik itu
semua, dengan tidak mengurangi rasa bangga sebagai masyarakat Riau perlu kita
evaluasi, kenapa perencanaan matang yang telah disusun jauh hari untuk
mempersiapkan PON ke XVIII terkesan seperti “proyek kebut semalam” artinya
hingga 1 minggu menjelang pelaksanaan PON bahkan menjelang detik-detik cabang
olahraga dipertandingkan masih terdapat pekerja mengerjakan, memperbaiki,
mempercantik pusat pemerintahan atau daerah-daerah yang akan dijadikan tempat
pelaksanakan PON.
Selain itu banyak venue
cabang olahraga sebut saja venue biliar yang atapnya bocor ketika hujan,
stadion utama yang parkirannya tergenang air ketika hujan, venue tenis yang
kanopinya rubuh, venue menembak dimana alat-alat pendukung belum terpasang
dengan baik, bahkan sekaligus wisma atlit bermasalah dan mendapat sorotan tajam dari
media massa nasional, mungkin saja keburukan tersebut menjadi cibiran bagi
daerah-daerah lain. Sebagai masyarakat Riau tentunya hal tersebut membuat
telinga menjadi “panas”. Namun apa daya itulah kenyataannya.
Berkaca pada perhelatan
SEA GAME di Palembang beberapa waktu yang lalu, dimana hampir terjadi kemiripan
kasus dengan yang ada di Riau. Kenapa hal tersebut tidak dijadikan bahan
evaluasi oleh pemerintah pusat sebagai pengawas akan persiapan dan pelaksanaan
perhelatan besar, karena untuk persiapan dan pelaksanaan itu semua pemerintah
pusat mengucurkan dana lebih bagi tiap-tiap daerah yang akan melaksanakan
acara-acara berkelas.
Kesimpulannya, kenapa saat
perhelatan akan dimulai bahkan hingga detik-detik pelaksanaann masih saja ada
yang belum selesai?apakah pemerintah daerah salah memperkirakan waktu dalam
penyelesaian?apakah membutuhkan tambahan waktu untuk finishing?apakah
kekurangan dana? Banyak tanda tanya dibenak masyarakat Riau khususnya dan
masyarakat Indonesia pada umumnya, kenapa setiap ada perhelatan akbar ketika
menjelang pelaksanaannya masih saja belum terselesaikan dengan baik dan rapi.
Sekali lagi evaluasi
perlu dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pihak yang berwenang dibidangnya
dengan adanya ketidakberesan dalam perhelatan besar seperti PON, misalnya
dengan pemberian sangsi kepada daerah yang tidak mampu menyelesaikan apa yang
seharusnya di selesaikan sesuai dengan “deadline” yang diberikan, misalnya
dengan pengurangan pembagian “kue” anggaran belanja bagi daerah yang dianggap tidak
mampu menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, diskor keikutsertaannya dalam
perhelatan PON tersebut, banyak cara yang bisa dijadikan bahan evaluasi dan
bagaimana cara penyelesainnya.
Semoga PON ke XVIII
yang diadakan di Provinsi Riau berjalan dengan baik, dan pelayanan yang
diberikan memuaskan bagi para tamu serta diharapkan untuk pelaksanakaan PON
atau even besar lainnya kedepannya mampu lebih baik lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar